Jumat, 15 November 2013

PUDARNYA PESONA CLEOPATRA

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan,
sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku
telah dijodohkan dengan Raihana yang tak
pernah kukenal.” Ibunya Raihana adalah
teman karib ibu waktu nyantri di pesantren
Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu.
“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak
berlainan jenis akan besanan untuk
memperteguh tali persaudaraan. Karena itu
ibu mohon keikhlasanmu” , ucap beliau
dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-
hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti
keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan
ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi
dihatinya, meskipun untuk itu aku harus
mengorbankan diriku.
Dengan hati pahit kuserahkan semuanya
bulat-bulat pada ibu. Meskipun
sesungguhnya dalam hatiku timbul
kecemasan-kecemasan yang datang begitu
saja dan tidak tahu alasannya.
Yang jelas aku sudah punya kriteria dan
impian tersendiri untuk calon istriku. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan
dengan air mata ibu yang amat kucintai.
Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah
Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang
baby face dan anggun.
Namun garis-garis kecantikan yang
kuinginkan tak kutemukan sama sekali.
Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik,
“cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux
lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku
lain, mungkin karena aku begitu hanyut
dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra,
yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita,
dengan hidung melengkung indah, mata bulat
bening khas arab, dan bibir yang merah.
Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku
berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku
untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu
sia-sia.
Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi
wajah teduhnya meluluhkanku. Hari
pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai
mayat hidup, hati hampa tanpa cinta,
Pestapun meriah dengan empat group
rebana.
Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-
nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum
manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan
jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku
adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas
baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir
li wa liwalidayya!
Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk
mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar
karena aku seorang manusia yang terbiasa
membaca ayat-ayatNya.
Raihana tersenyum mengembang, hatiku
menangisi kebohonganku dan kepura-
puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa
ke kontrakan dipinggir kota Malang.
Mulailah kehidupan hampa. Aku tak
menemukan adanya gairah. Betapa susah
hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan,
minum, tidur, dan shalat bersama dengan
makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi
Masya Allah bibit cintaku belum juga
tumbuh.
Suaranya yang lembut terasa hambar,
wajahnya yang teduh tetap terasa asing.
Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup
bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini
muncul begitu saja. Aku mencoba membuang
jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada
istri sendiri yang seharusnya kusayang dan
kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain.
Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak
sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang
tamu atau ruang kerja.
Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar
di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia,
keberadaanku sia-sia.
Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun
merasakan hal yang sama, karena ia orang
yang berpendidikan, maka diapun tanya,
tetapi kujawab ” tidak apa-apa koq mbak,
mungkin aku belum dewasa, mungkin masih
harus belajar berumah tangga” Ada
kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana
ketika kupanggil ‘mbak’, ” kenapa mas
memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas
sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan
guratan wajah yang sedih. “wallahu a’lam”
jawabku sekenanya.
Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam
menunduk, tak lama kemudian dia terisak-
isak sambil memeluk kakiku, “Kalau mas
tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai
istri kenapa mas ucapkan akad nikah?
Kalau dalam tingkahku melayani mas masih
ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak
bilang dan menegurnya, kenapa mas diam
saja, aku harus bersikap bagaimana untuk
membahagiakan mas, kumohon bukalah
sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi
pengabdianku, bagi menyempurnakan
ibadahku didunia ini”.
Raihana mengiba penuh pasrah. Aku
menangis menitikan air mata buka karena
Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari
terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak
berjalan. Kami hidup seperti orang asing
tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan
segalanya untukku.
Suatu sore aku pulang mengajar dan
kehujanan, sampai dirumah habis maghrib,
bibirku pucat, perutku belum kemasukkan
apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana
tadi pagi, Memang aku berangkat pagi
karena ada janji dengan teman. Raihana
memandangiku dengan khawatir. “Mas tidak
apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir.
“Mas mandi dengan air panas saja, aku
sedang menggodoknya, lima menit lagi
mendidih” lanjutnya. Aku melepas semua
pakaian yang basah. “Mas airnya sudah
siap” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah
katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku
lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah
berdiri didepan pintu membawa handuk.
“Mas aku buatkan wedang jahe” Aku diam
saja. Aku merasa mulas dan mual dalam
perutku tak bisa kutahan.
Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi
dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit
pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan
ibu. ” Mas masuk angin. Biasanya kalau
masuk angin diobati pakai apa, pakai
balsam, minyak putih, atau jamu?” Tanya
Raihana sambil menuntunku ke kamar. “Mas
jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu
apa yang harus kulakukan untuk membantu
Mas”.
” Biasanya dikerokin” jawabku lirih. ” Kalau
begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana
kerokin” sahut Raihana sambil tangannya
melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang
dimanja ibunya. Raihana dengan sabar
mengerokin punggungku dengan sentuhan
tangannya yang halus.
Setelah selesai dikerokin, Raihana
membawakanku semangkok bubur kacang
hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di
tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi
tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal
Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih
dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak
semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.
Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan
Cleopatra, ia mengundangku untuk makan
malam di istananya.” Aku punya keponakan
namanya Mona Zaki, nanti akan aku
perkenalkan denganmu” kata Ratu Cleopatra.
” Dia memintaku untuk mencarikannya
seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan
berniat memperkenalkannya denganmu”.
Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku
07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona
Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik
sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk
di kursi yang berhias berlian.
Aku melangkah maju, belum sempat duduk,
tiba-tiba ” Mas, bangun, sudah jam setengah
empat, mas belum sholat Isya” kata Raihana
membangunkanku. Aku terbangun dengan
perasaan kecewa.
” Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang
suka, tetapi Mas belum sholat Isya” lirih
Hana sambil melepas mukenanya, mungkin
dia baru selesai sholat malam. Meskipun
cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi
sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka
sama dia, dialah pemutus harapanku dan
mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah,
bukankah dia berbuat baik membangunkanku
untuk sholat Isya.
Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama
Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya.
Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku
benar-benar terpenjara dalam suasana
konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana.
Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah
kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis
titisan Cleopatra.
” Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah
Yu Imah. Semua keluarga akan datang
termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk,
kita datang bareng, tidak enak kalau kita
yang dieluk-elukan keluarga tidak datang”
Suara lembut Raihana menyadarkan
pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm.
Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi
onde-onde kesukaanku dan segelas wedang
jahe.
Tangannya yang halus agak gemetar. Aku
dingin-dingin saja. ” Maaf..maaf jika
mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya,
lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan
aku di ruang kerja. ” Mbak! Eh maaf,
maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku
dengan suara parau tercekak dalam
tenggorokan.
” Ya Mas!” sahut Hana langsung
menghentikan langkahnya dan pelan-pelan
menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha
untuk tersenyum, agaknya ia bahagia
dipanggil “dinda”. ” Matanya sedikit berbinar.
“Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat
bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya
Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana
dengan senyum yang kupaksakan.
Raihana menatapku dengan wajah sangat
cerah, ada secercah senyum bersinar
dibibirnya. ” Terima kasih Mas, Ibu kita pasti
senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar
dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang
memilihkan ya?”. Hana begitu bahagia.
Perempuan berjilbab ini memang luar biasa,
Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun
aku dingin dan acuh tak acuh padanya
selama ini. Aku belum pernah melihatnya
memasang wajah masam atau tidak suka
padaku. Kalau wajah sedihnya ya.
Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah,
lelaki macam apa aku ini, kutukku pada
diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku
sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi,
setetes embun cinta yang kuharapkan
membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan
aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku
mengusirnya. Aku merasa menjadi orang
yang paling membenci diriku sendiri di dunia
ini.
Acara pengajian dan qiqah putra ketiga
Fatimah kakak sulung Raihana membawa
sejarah baru lembaran pernikahan kami.
Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan
keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan
penuh bangga. ”
Selamat datang pengantin baru! Selamat
datang pasangan yang paling ideal dalam
keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk
tangan bahagia mertua dan bundaku serta
kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah.
Matanya berbinar-binar bahagia. Lain
dengan aku, dalam hatiku menangis disebut
pasangan ideal.
Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan
Mesir dan Raihana lulusan terbaik
dikampusnya dan hafal Al Quran lantas
disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti
Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa
cinta yang sampai pada pengorbanan satu
sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi
memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa
cinta yang dari detik ke detik meneteskan
rasa bahagia.
Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta
seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-
benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap
Raihana yang begitu kuat menjaga
kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku
dan semuanya tidak pernah diceritakan,
kecuali menyanjung kebaikanku sebagai
seorang suami yang dicintainya.
Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia
menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing
dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap
ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang
keturunan.
” Sudah satu tahun putra sulungku menikah,
koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal
aku ingin sekali menimang cucu” kata ibuku.
” Insya Allah tak lama lagi, ibu akan
menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah
begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut
lenganku, aku tergagap dan mengangguk
sekenanya.
Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap
bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-
pura kembali mesra dengannya, sebagai
suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura.
Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan
kehendakku sendiri aku melakukannya, ini
semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa.
Kepura-puraanku memuliakan Raihana
sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia
semakin manis.
Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku
menangis karena cinta tak kunjung tiba.
Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah
cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih
sehingga Raihana yang sedang hamil tidak
kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku
bertanya” Mana tanggung jawabmu!” Aku
hanya diam dan mendesah sedih. ” Entahlah,
betapa sulit aku menemukan cinta”
gumamku.
Dan akhirnya datanglah hari itu, usia
kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam.
Raihana minta ijin untuk tinggal bersama
orang tuanya dengan alasan kesehatan.
Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan
dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh
dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku
tak menaruh curiga ketika aku harus tetap
tinggal dikontrakan.
Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, ” Mas
untuk menambah biaya kelahiran anak kita,
tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di
ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya
sama dengan tanggal pernikahan kita”.
Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku
sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu
dengan orang yang membuatku tidak
nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian.
Hanya saja aku sedikit repot, harus
menyiapkan segalanya.
Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku
sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.
Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy
tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang
kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang,
aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku
muntah-muntah, menggigil, kepala pusing
dan perut mual.
Saat itu terlintas dihati andaikan ada
Raihana, dia pasti telah menyiapkan air
panas, bubur kacang hijau, membantu
mengobati masuk angin dengan mengeroki
punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan
menutupi tubuhku dengan selimut.
Malam itu aku benar-benar tersiksa dan
menderita. Aku terbangun jam enam pagi.
Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan
dalam hati, aku belum sholat Isya dan
terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa,
andaikan ada Raihana tentu aku ngak
meninggalkan sholat Isya, dan tidak
terlambat sholat subuh.
Lintasan Raihana hilang seiring
keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi
aku mendapat tugas dari universitas untuk
mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah
bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah
professor bahasa arab dari Mesir.
Aku jadi banyak berbincang dengan beliau
tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga
berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang
dosen bahasa arab dari Medan. Dia
menempuh S1-nya di Mesir. Dia
menceritakan satu pengalaman hidup yang
menurutnya pahit dan terlanjur dijalani.
“Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak
Qalyubi. “Alhamdulillah, sudah” jawabku. ”
Dengan orang mana?. ” Orang Jawa”.
” Pasti orang yang baik ya. Iya kan?
Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara
yang menawarkan untuk menikah dengan
perempuan shalehah. Paling tidak santriwati,
lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”.
“Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal
Al Quran”. ” Kau sangat beruntung, tidak
sepertiku”. ” Kenapa dengan Bapak?” ” Aku
melakukan langkah yang salah, seandainya
aku tidak menikah dengan orang Mesir itu,
tentu batinku tidak merana seperti sekarang”.
” Bagaimana itu bisa terjadi?”. ”
Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-
cantik, dan karena terpesona dengan
kecantikanya saya menderita seperti ini.
Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal
dari seorang yang kaya, saya berangkat ke
Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya
bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang
Medan juga. Seiring dengan berjalannya
waktu, tahun pertama saya lulus dengan
predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi
pelajar dari Indonesia.
Demikian juga dengan tahun kedua. Karena
prestasi saya, tuan rumah tempat saya
tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan
dengan anak gadisnya yang bernama
Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada
pandangan pertama saya jatuh cinta, saya
belum pernah melihat gadis secantuk itu.
Saya bersumpah tidak akan menikaha
dengan siapapun kecuali dia.
Ternyata perasaan saya tidak bertepuk
sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar
oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas,
akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu
atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya.
Saya memilih yang kedua.
Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-
teman yang memberi masukan begini, sama-
sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa
tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal
Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih
selamat dari pada dengan YAsmin yang
awam pengetahuan agamanya. Tetpai saya
tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya
yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.
Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih
dari gadis Mesir.
Perabot rumah yang mewah, menginap di
hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya
kembali ke Medan, saya minta agar asset
yang di Mesir dijual untuk modal di
Indonesia. KAmi langsung membeli rumah
yang cukup mewah di kota Medan.
Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan
baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke
Mesir menengok orang tuanya. Aku masih
bisa memenuhi semua yang diinginkan
YAsmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup
semakin nambah, anak kami yang ketiga
lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah.
Saya minta YAsmin untuk berhemat. Tidak
setiap tahun tetapi tiga tahun sekali Yasmin
tidak bisa.
Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan
Yasmin dan anak-anak terpenuhi.
Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk
modal. Dalam diri saya mulai muncul
penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-
teman alumni Mesir yang hidup dengan
tenang dan damai dengan istrinya. Bisa
mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah
dengan baik. Dicintai masyarakat.
Saya tidak mendapatkan apa yang mereka
dapatkan. Jika saya pengin rending, saya
harus ke warung. YAsmin tidak mau tahu
dengan masakan Indonesia.
Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya
memanggil suaminya dengan namanya.
Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti
neraka. Puncak penderitaan saya dimulai
setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut,
saya minta YAsmin untuk menjual
perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia
malah membandingkan dirinya yang hidup
serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya
mendapat suami orang Mesir.
Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas
segalanya. Saya telah diperbudak dengan
kecantikannya. Mengetahui keadaan saya
yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka
menjual rumah dan tanah, yang akhirnya
mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit.
Batin saya menangis. Mereka berharap modal
itu cukup untuk merintis bisnis saya yang
bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin
mulai berulah, dia mengajak ke Mesir.
Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang
menyakitkan. ” Aku menyesal menikah
dengan orang Indonesia, aku minta kau
ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali
dengan lelaki Mesir”.
Kata Yasmin yang bagaikan geledek
menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita
bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan
temannya. Teman lamanya itu sudah jadi
bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.
Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan
dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena
tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu
saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan
adalah tak satupun keluarganya yang
membelaku.
Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim
surat yang berisi berita bohong.
Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua
bulan yang lalu saya mendapat surat cerai
dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat
nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya
sangat sakit, ketika si sulung menggigau
meminta ibunya pulang”.
Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku
terisak-isak. Perjalanan hidupnya
menyadarkanku. Aku teringat Raihana.
Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak
terasa sudah dua bulan aku berpisah
dengannya.
Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap
dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak
pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar
adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya
karena kemurahan Allah aku mendapatkan
istri seperti dia.
Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi
wajah Raihana telah menyala didindingnya.
Apa yang sedang dilakukan Raihana
sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah
delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku
jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku
mencairkan tabungannya.
Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke
took baju muslim, aku ingin membelikannya
untuk Raihana, juga daster, dan pakaian
bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia
tersenyum menyambut kedatanganku. Aku
tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke
kontrakan untuk mengambil uang tabungan,
yang disimpan dibawah bantal. Dibawah
kasur itu kutemukan kertas Merah jambu.
Hatiku berdesir, darahku terkesiap.
Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum
pernah membuat surat cinta untuk istriku.
Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan
lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku
serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu
satu persatu. Dan ya Rabbiï ..ternyata surat-
surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang
selama ini aku zhalimi.
Ia menulis, betapa ia mati-matian
mencintaiku, meredam rindunya akan
belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan
nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya
Allah lah tempat ia meratap melabuhkan
dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia
memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.
Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati
dariku.
“Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba
bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya
Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al
Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu
yang agung ini, niscaya hamba sudah
terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya
Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam
diri hamba” tulis Raihana.
Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa” Ya
Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh
noda dan dosa kembali datang mengetuk
pintumu, melabuhkan derita jiwa ini
kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini
hamba-Mu ini hamil penuh derita dan
kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami
hamba tak mempedulikanku dan
menelantarkanku.
Masih kurang apa rasa cinta hamba
padanya. Masih kurang apa kesetiaanku
padanya. Masih kurang apa baktiku
padanya? Ya Allah, jika memang masih ada
yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu
ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada
suamiku.
Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon
jangan murkai dia karena kelalaiannya.
Cukup hamba saja yang menderita.
Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba
masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah
hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan
memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu
bahwa hamba sangat mencintainya karena-
Mu.
Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya
dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan
teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa
hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak
disembah kecuali Engkau, Maha Suci
Engkau”.
Tak terasa air mataku mengalir, dadaku
terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa.
Tangisku meledak. Dalam tangisku semua
kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang
baby face dan teduh, pengorbanan dan
pengabdiannya yang tiada putusnya,
suaranya yang lembut, tanganya yang halus
bersimpuh memeluk kakiku, semuanya
terbayang mengalirkan perasaan haru dan
cinta.
Dalam keharuan terasa ada angina sejuk
yang turun dari langit dan merasuk dalam
jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah
memudar berganti cinta Raihana yang
datang di hati.
Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba
begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya
Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-
tiba begitu merindukannya. Segera kukejar
waktu untuk membagi Cintaku dengan
Raihana.
Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang
seiring dengan air mataku yang menetes
sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman
rumah mertua, nyaris tangisku meledak.
Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap
air mataku.
Melihat kedatanganku, ibu mertuaku
memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku
jadi heran dan ikut menangis. ” Mana
Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis
dan menangis. Aku terus bertanya apa
sebenarnya yang telah terjadi.
” Raihanaï…istrimu. .istrimu dan anakmu
yang dikandungnya” . ” Ada apa dengan dia”.
” Dia telah tiada”. ” Ibu berkata apa!”.
”Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu.
Dia terjatuh di kamar mandi. Kami
membawanya ke rumah sakit. Dia dan
bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal,
dia berpesan untuk memintakan maaf atas
segala kekurangan dan kekhilafannya selama
menyertaimu.
Dia meminta maaf karena tidak bisa
membuatmu bahagia. Dia meminta maaf
telah dengan tidak sengaja membuatmu
menderita. Dia minta kau meridhoinya” .
Hatiku bergetar hebat. ” kenapa ibu tidak
memberi kabar padaku?”. ”
Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku
telah mengutus seseorang untuk
menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu
tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya
kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak
ingin mengganggumu. Apalagi Raihana
berpesan agar kami tidak mengganggu
ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika
Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi
Maafkanlah kami”.
Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu.
Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta
Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin
menebus dosaku, dia telah meninggalkanku.
Ketika aku ingin memuliakannya dia telah
tiada.
Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi
kesempatan padaku untuk sekedar minta
maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah
menghukumku dengan penyesalan dan
perasaan bersalah tiada terkira.
Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan
tanah yang masih baru dikuburan pinggir
desa. Diatas gundukan itu ada dua buah
batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana
tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa
cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar
biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali.
Dunia tiba-tiba gelap semua ……..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Sabtu, 31 Agustus 2013

Fakta Tentang Lelaki

Halo sahabat bloger kali ini ada share tentang fakta lelaki, biar cewek2 perlu lebih memahami laki2.. Dan menjadi sedikit pembelajaran juga ;;)
Mengungkap fakta2 tentang laki-
laki,pembelajaran Khusus wanita, agar pada
tau rahasia Lelaki. supaya Lebih memahami
Lelaki yg di cintai..
#Lelaki adalah mahluk yg payah dalam hal
Rahasia. mereka hampir tidak bisa
menyimpan dengan baik.
Tinggi badan wanita bukanlah masalah
serius bagi #Lelaki , tetapi mereka ckup
peduli Berat badan wanita yg di sukainya.
Jika #Lelaki mulai serius dengan
hubungannya, dia akan mnjdi mahluk yg
super posesif .(misal cek sms,cek bbm,kmn2
ngantarin) wanitanya
Terkadang #Lelaki terlalu banyak berfikir
negatif ketimbang positif.
Bagi #Lelaki melupakan seseorang yg di
cintai, membutuhkan waktu yg lebih lama
dlm hidupnya.
#Lelaki lebih menyukai wanita Cerdas dari
pada wanita yang cuma tau Meke-up dan rok
mini.
#Lelaki adalah sosok yg sok tau, mereka
jarang bertanya ke wanita apa yg di inginkan.
Alhasil tebakan mereka sering meleset.
#Lelaki lebih suka pada wanita yang
menghargainya apa adanya.
jika #Lelaki cerita masalahnya, cukup
dengarkan ,jangan beri nasehat atau
menyalahkan dirinya.
km gak akan pernah bs mengerti
#Lelaki ,kecuali km menyediakan waktu utk
mendengarkan keluh kesah mrk, bkn melulu
cerita ttng diri mu.
#Lelaki mencintai seorang wanita yg bisa
menjadi sahabat ,sekalipun kekasih baginya.
Fantasi #Lelaki soal wanita adalah satu2nya
fantasi yg tidak mungkin bisa di batasi,
(meskipun sudah menikah).
Wanita adalah kelemahan setiap #Lelaki
( tak tahan melihat kesedihan & air mata )
dari orang yg di cintai.
jika km bilang "Tidak" ! yg ada di pikiran
#Lelaki adalah ''Akan ku coba lagi '', sperti
hal nya saat ia meminta mu mjd kekasihnya.
#Lelaki sangat menderita dengan Kekangan !
sadarilah girls...
kamu boleh saja membuat #Lelaki
penasaran..tapi jangan gantung kelamaan,
sebab jika kebosanan sudah dirasa,dia bisa
pergi
#Lelaki adalah mahluk simple ,mereka bukan
tipikal yg selalu berharap & berandai-andai.
#Lelaki cenderung memendam dalam2
keinginan mereka ,jika tau keinginan itu sulit
ia wujudkan.
jika kamu (wanita) tau bagaimana
menaklukan #Lelaki mu, mereka tidak akan
bisa jauh darimu.
#Lelaki cenderung memendam dalam2
keinginan mereka ,jika tau keinginan itu sulit
ia wujudkan.
#Lelaki adalah mahluk simple ,mereka bukan
tipikal yg selalu berharap & berandai-andai.
kamu boleh saja membuat #Lelaki
penasaran..tapi jangan gantung kelamaan,
sebab jika kebosanan sudah dirasa,dia bisa
pergi .
#Lelaki selalu punya cara untuk memuji
wanita yang di cintainya.
meski kadang #Lelaki jorok ,tapi pada
dasarnya ia suka kebersihan aroma wangi
dan keindahan.
#Lelaki juga memiliki kelemahan dlm
mengungkapkan sesuatu dg baik ,jadi jangan
paksa dia utk bercerita ,jk memang dia blm
siap.
jika #Lelaki bilang " ya memang aku nggak
ngerti km " artinya pemikiran mu dg dia
brbeda ! bkn brarti gk bs brsatu, bljarlah
memahami.
#Lelaki tdk sk jk km brbicara soal mantan
(meski kdang ia sk pamer mntan pacarnya).
Tp ia sngat cemburu jk ia mndengar soal
mantan mu.
jangan berusaha membuat #Lelaki
marah ,karena mereka adalah mahluk
temperamen yg mudah marah.
#Lelaki akan melakukan apa saja untuk
meraih perhatian wanita yg dia suka.
#Lelaki selalu punya cara untuk
menghindarkan mu (wanita) dari pria lain.
#Lelaki benci Gay ! bkn bermaksud
diskriminasi ,tapi krn ia tak habis pikir
kenapa mereka mencintai sesamanya.
#Lelaki sangat tergila-gila saat melihat
senyuman wanita yg di cintainya, maka
tersenyumlah dan buat dia semakin
terpesona ^..^
Sesekali #Lelaki menangis, berikan pelukan
dan dukungan kepadanya, karena kamu ada
untuknya.
Terakhir ! Jika #Lelaki ingin bertemu dengan
orang tua mu , jangan ragu ! itu artinya dia
serius dengan mu.

Jumat, 21 Juni 2013

Do'a Buat Kekasih Ku

Allah yang Maha Pemurah...
Terima kasih Engkau telah menciptakan dia
dan mempertemukan saya dengannya.
Terima kasih untuk saat - saat indah
yang dapat kami nikmati bersama.
Terima kasih untuk setiap pertemuan
yang dapat kami lalui bersama.
Saya datang bersujud dihadapanMU...
Sucikan hati saya ya Allah, sehingga dapat
melaksanakan kehendak dan rencanaMU dalam
hidup saya.
Ya Allah, jika saya bukan pemilik tulang
rusuknya, janganlah biarkan saya merindukan
kehadirannya...
janganlah biarkan saya, melabuhkan hati saya
dihatinya..
kikislah pesonanya dari pelupuk mata saya dan
jauhkan dia dari relung hati saya...
Gantilah damba kerinduan dan cinta yang
bersemayam didada ini dengan kasih dari dan
padaMU yang tulus, murni...
dan tolonglah saya agar dapat mengasihinya
sebagai sahabat.
Tetapi jika Engkau ciptakan dia untuk saya...
ya Allah tolong satukan hati kami...
bantulah saya untuk mencintai, mengerti dan
menerima dia seutuhnya...
berikan saya kesabaran, ketekunan dan
kesungguhan untuk memenangkan hatinya...
Ridhoi dia, agar dia juga mencintai, mengerti
dan mau menerima saya dengan segala
kelebihan dan kekurangan saya
sebagaimana telah Engkau ciptakan...
Yakinkanlah dia bahwa saya sungguh -
sungguh mencintai dan rela membagi suka dan
duka saya dengan dia...
Ya Allah Maha Pengasih, dengarkanlah doa
saya ini...
lepaskanlah saya dari keraguan ini menurut
kasih dan kehendakMU...
Allah yang Maha kekal, saya mengerti bahwa
Engkau senantiasa memberikan yang terbaik
untuk saya...
luka dan keraguan yang saya alami, pasti ada
hikmahnya.
Pergumulan ini mengajarkan saya untuk hidup
makin dekat kepadaMU untuk lebih peka
terhadap suaraMU yang membimbing saya
menuju terangMU...
Ajarkan saya untuk tetap setia dan sabar
menanti tibanya waktu yang telah Engkau
tentukan....
Jadikanlah kehendakMU dan bukan kehendak
saya yang menjadi dalam setiap bagian hidup
saya...
Ya Allah, semoga Engkau mendengarkan dan
mengabulkan permohonanku.
Amien.

Jumat, 24 Mei 2013

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

Ada seorang sahabat
menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman.
Sore itu ia menemani istri dan seorang
putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga
bulanan di sebuah toko swalayan. Usai
membayar, tangan-tangan mereka sarat
dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan,
istri Budiman dihampiri seorang wanita
pengemis yang saat itu bersama seorang
putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata
kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah,
Bu!"
Istri Budiman kemudian membuka dompetnya
lalu ia menyodorkan selembar uang kertas
berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu
lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya
tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu
menguncupkan jari-jarinya mengarah ke
mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang
kepala anaknya dan sekali lagi ia
mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke
mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan
anakku ini sudah berhari-hari tidak makan,
tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli
makanan!"
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri
Budiman pun membalas isyarat dengan gerak
tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku
tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan
sedekahnya, istri dan putrinya Budiman
malah menuju ke sebuah gerobak gorengan
untuk membeli cemilan. Pada kesempatan
yang sama Budiman berjalan ke arah ATM
center guna mengecek saldo rekeningnya.
Saat itu memang tanggal gajian, karenanya
Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam
mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI
SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa
digit angka yang membuat Budiman
menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya.
Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam
rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam
bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan
ratusan ribu berwarna merah kini sudah
menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar
uang berwarna merah juga, namun kali ini
bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet.
Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk
berbagi dengan wanita pengemis yang tadi
meminta tambahan sedekah.
Saat sang wanita pengemis melihat nilai
uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia
pun berucap syukur kepada Allah dan
berterima kasih kepada Budiman dengan
kalimat-kalimat penuh kesungguhan:
"Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga
Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan
dan keluarga. Semoga Allah memberi
kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan
keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah,
mawaddah wa rahmah. Rumah tangga
harmonis dan anak-anak yang shaleh dan
shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga
diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti
di surga...!"
Budiman tidak
menyangka ia
akan mendengar respon yang begitu
mengharukan. Budiman mengira bahwa
pengemis tadi hanya akan berucap terima
kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh
wanita pengemis tadi sungguh membuat
Budiman terpukau dan membisu. Apalagi
tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu
berkata kepada putri kecilnya, "Dik,
Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan
juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan
begitu kencang. Rupanya wanita tadi
sungguh berharap tambahan sedekah agar ia
dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian
mata Budiman membuntuti kepergian mereka
berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu
masuk ke sebuah warung tegal untuk makan
di sana.
Budiman masih terdiam dan terpana di
tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali
lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata
Budiman kini mulai berkaca-kaca dan
istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?"
Istrinya bertanya.
Dengan suara yang agak berat dan terbata
Budiman menjelaskan: "Aku baru saja
menambahkan sedekah kepada wanita tadi
sebanyak 10 ribu rupiah!"
Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju
tatkala Budiman mengatakan bahwa ia
memberi tambahan sedekah kepada wanita
pengemis. Namun Budiman kemudian
melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya
sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap
hamdalah berkali-kali seraya bersyukur
kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan
aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan
keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt
sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian
hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya
melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan
ternyata di sana ada jumlah yang mungkin
ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu
rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya
mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku
terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap
hamdalah.
Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima
hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia
kepada Allah dan berterimakasih kepadaku.
Kalau memang demikian, siapakah yang
pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah
dia yang menerima 10 ribu dengan syukur
yang luar biasa, ataukah aku yang menerima
jumlah lebih banyak dari itu namun
sedikitpun aku tak berucap hamdalah."
Budiman mengakhiri kalimatnya dengan
suara yang terbata-bata dan beberapa bulir
air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi
lemas setelah menyadari betapa selama ini
kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah,
ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap
lalai atas segala nikmat-Mu

Kisah Seorang Wanita Yang Menjual Keperawanannya

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel
berbintang lima. Sang petugas satpam yang
berdiri di samping pintu hotel menangkap
kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya
memandang saja dengan awas ke arah
langkah wanita itu yang kemudian mengambil
tempat duduk di lounge yang agak dipojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian
lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya
terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter
mendatanginya tapi, wanita itu hanya
menggelengkan kepala. Mejanya masih
kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk
apa wanita itu duduk seorang diri.Adakah
seseorang yang sedang ditunggunya.
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa
wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang
biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya
nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa
dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang
tengah beranjak dewasa. Setelah sekian lama,
akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk
mendekati meja wanita itu dan bertanya:
” Maaf, nona … Apakah anda sedang
menunggu seseorang? ”
” Tidak! ” Jawab wanita itu sambil
mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
” Lantas untuk apa anda duduk di sini?”
” Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai
memandang ke arah sang petugas satpam..
” Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya
diperuntukkan bagi orang yang ingin
menikmati layanan kami.”
” Maksud, bapak? ”
”Anda harus memesan sesuatu untuk bisa
duduk disini ”
”Nanti saya akan pesan setelah saya ada
uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di
sini untuk sesuatu yang akan saya jual ” Kata
wanita itu dengan suara lambat.
”Jual? Apakah anda menjual sesuatu disini? ”
Petugas satpam itu memperhatikan wanita
itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual.
Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang
hanya membawa brosur.
”Ok, lah. Apapun yang akan anda jual,ini
bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon
mengerti. ”
”Saya ingin menjual diri saya, ” Kata wanita
itu dengan tegas sambil menatap dalam-
dalam kearah petugas satpam itu. Petugas
satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri
dan ke kanan.
” Mari ikut saya,” Kata petugas satpam itu
memberikan isyarat dengan tangannya.
Wanita itu menangkap sesuatu tindakan
kooperatif karena ada secuil senyum di wajah
petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu
melangkah mengikuti petugas satpam itu.
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya
untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon
antar ruangan yang tersedia khusus bagi
pengunjung yang ingin menghubungi
penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah
deal berlangsung.
” Apakah anda serius? ”
” Saya serius ” Jawab wanita itu tegas.
” Berapa tarif yang anda minta? ”
” Setinggi-tingginya.”
” Mengapa?” Petugas satpam itu terkejut
sambil menatap wanita itu.
” Saya masih perawan”
” Perawan? ” Sekarang petugas satpam itu
benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya
berseri. Peluang emas untuk mendapatkan
rezeki berlebih hari ini.. pikirnya
” Bagaimana saya tahu anda masih
perawan?”
” Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu
membedakan mana perawan dan mana
bukan.. Ya kan …”
” Kalau tidak terbukti? ”
” Tidak usah bayar …”
” Baiklah …” Petugas satpam itu menghela
napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.
” Saya akan membantu mendapatkan pria
kaya yang ingin membeli keperawanan anda.

” Cobalah. ”
” Berapa tarif yang diminta? ”
” Setinggi-tingginya. ”
” Berapa? ”
” Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa?

” Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu
hotel ini. Tunggu sebentar ya. ”
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan
wanita itu. Tak berapa lama kemudian,
petugas satpam itu datang lagi dengan wajah
cerah.
” Saya sudah dapatkan seorang penawar.Dia
minta Rp. 5 juta. Bagaimana? ”
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
” Ini termasuk yang tertinggi, ”Petugas
satpam itu mencoba meyakinkan.
” Saya ingin yang lebih tinggi…”
” Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam
itu berlalu.
Tak berapa lama petugas satpam itu datang
lagi dengan wajah lebih berseri.
” Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp.
6 juta rupiah. Bagaimana? ”
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
” Nona, ini harga sangat pantas untuk anda.
Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh
pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa.
Atau andai perawan anda diambil oleh pacar
anda, anda pun tidak akan mendapatkan apa
apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta
anda akan menikmati layanan hotel
berbintang untuk semalam dan keesokan
paginya anda bisa melupakan semuanya
dengan membawa uang banyak. Dan lagi,
anda juga telah berbuat baik terhadap saya.
Karena saya akan mendapatkan komisi dari
transaksi ini dari tamu hotel. Adil kan. Kita
sama-sama butuh … ”
” Saya ingin tawaran tertinggi … ”Jawab
wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh
petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak
kehilangan semangat.
” Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya.
Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong
kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar
ada sesuatu yang memancing mata orang
untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu
dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas
satpam itu tapi tetap mengikuti langkah
petugas satpam itu memasuki lift. Pintu
kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak
pria bermata sipit agak berumur tersenyum
menatap mereka berdua. ” Ini yang saya
maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata
petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan
seksama ke sekujur tubuh wanita itu …
” Berapa? ” Tanya pria itu kepada wanita itu.
” Setinggi-tingginya ” Jawab wanita itu
dengan tegas.
” Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar
orang? ” Kata pria itu kepada sang petugas
satpam.
” Rp.. 6 juta, tuan ”
” Kalau begitu saya berani dengan hargaRp. 7
juta untuk semalam. ”
Wanita itu terdiam.
Petugas satpam itu memandang ke
arahwanita itu dan berharap ada jawaban
bagus dari wanita itu.
” Bagaimana? ” tanya pria itu.
”Saya ingin lebih tinggi lagi …” Kata wanita
itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
” Bawa pergi wanita ini. ” Kata pria itu kepada
petugas satpam sambil menutup pintu kamar
dengan keras.
” Nona, anda telah membuat saya kesal.
Apakah anda benar benar ingin menjual? ”
” Tentu! ”
” Kalau begitu mengapa anda menolak harga
tertinggi itu … ”
” Saya minta yang lebih tinggi lagi …”
Petugas satpam itu menghela napas panjang.
Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin
kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap
membuat wanita itu merasa nyaman
bersamanya.
” Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi
saja, ya. Saya akan mencoba mencari
penawar yang lainnya. ”
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha
memandang satu per satu pria yang ada.
Berusaha mencari langganan yang biasa
memesan wanita melaluinya. Sudah sekian
lama, tak ada yang nampak dikenalnya.
Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada
seorang pria yang sedang berbicara lewat
telepon genggamnya.
” Bukankah kemarin saya sudah kasihkamu
uang 25 juta Rupiah. Apakah itu tidak cukup?
” Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah
pria itu nampak masam seketika.
” Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya
kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita
enggak ketemu, ya sayang?! ”
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu
sedang berbicara dengan wanita. Kemudian,
dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada
kekesalan di wajah pria itu. Dengan tenang,
petugas satpam itu berkata kepada pria itu: ”
Pak, apakah anda butuh wanita … Huh ”
Pria itu menatap sekilas kearah petugas
satpam dan kemudian memalingkan
wajahnya.
” Ada wanita yang duduk disana, ”Petugas
satpam itu menunjuk kearah wanita
tadi. Petugas satpam itu tak kehilangan akal
untuk memanfaatkan peluang ini. “Dia masih
perawan..”
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter.
” Benarkah itu? ”
” Benar, pak. ”
” Kalau begitu kenalkan saya denganwanita
itu … ”
” Dengan senang hati. Tapi, pak … wanitaitu
minta harga setinggi tingginya.”
” Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab
dengan tegas.
Pria itu menyalami hangat wanita itu.
” Bapak ini siap membayar berapa pun yang
kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata
petugas satpam itu dengan nada kesal.
” Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu
sambil menyisipkan uang kepada petugas
satpam itu.
Wanita itu mengikuti pria itu
menujukamarnya.
Di dalam kamar …
” Beritahu berapa harga yang kamu minta? ”
” Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari
penyakit ”
” Maksud kamu? ”
” Saya ingin menjual satu satunya harta dan
kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya.
Itulah cara saya berterima kasih…. ”
” Hanya itu …”
” Ya …! ”
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu.
Nampak terlalu muda untuk menjual
kehormatannya. Wanita ini tidak menjual
cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya.
Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai
petarung gagah berani di tengah kehidupan
sosial yang tak lagi gratis.Pria ini sadar,
bahwa dihadapannya ada sesuatu kehormatan
yang tak ternilai.Melebihi dari kehormatan
sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan
untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa
sesal. Wanita ini tidak melawan gelombang
laut melainkan ikut kemana gelombang
membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas
keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan
akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang
terhormat pula dengan cara-cara terhormat.
” Siapa nama kamu? ”
” Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang
bisa bapak bayar … ” kata wanita itu
” Saya tak bisa menyebutkan harganya.
Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas
ditawar. ”
”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ”
” Ada! ” kata pria itu seketika.
” Sebutkan! ”
” Saya membayar keberanianmu. Itulah yang
dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang
ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk
membawa ibumu ke rumah sakit. Dan
sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil
menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
” Saya tidak mengerti …”
” Selama ini saya selalu memanjakan istri
simpanan saya. Dia menikmati semua
pemberian saya tapi dia tak pernah berterima
kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi
maka selamanya dia selalu meminta. Tapi
hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih
dari seorang wanita yang gagah berani untuk
berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu
kehormatan yang tak ada nilainya bila saya
bisa membayar …”
” Dan, apakah bapak ikhlas…? ”
” Apakah uang itu kurang? ”
” Lebih dari cukup, pak … ”
” Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya
satu hal? ”
” Silahkan …”
” Mengapa kamu begitu beraninya … ”
” Siapa bilang saya berani. Saya takut pak …
tapi lebih dari seminggu saya berupaya
mendapatkan cara untuk membawa ibu saya
ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika
saya mengambil keputusan untuk menjual
kehormatan saya maka itu bukanlah karena
dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan
akal saya yang `bodoh` … Saya hanya
bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan
… ”
” Keyakinan apa? ”
” Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau
siapa saja, maka Tuhanlah yang akan
menjaga kehormatan kita … ”
Wanita itu kemudian melangkah keluar
kamar. Sebelum sampai di pintu wanita itu
berkata:
” Lantas apa yang bapak dapat dari membeli
ini … ”
” Kesadaran… ”
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh.
Seorang ibu yang sedang terbaring sakit
dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
” Kamu sudah pulang, nak ”
” Ya, bu … ”
” Kemana saja kamu, nak … Huh”
” Menjual sesuatu, bu … ”
” Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan
wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya
tersenyum …
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-
sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang
serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak
ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang.
Membeli dan menjual adalah keseharian yang
tak bisa dielakkan. Tapi Tuhan selalu memberi
tanpa pamrih, tanpa perhitungan ….
” Kini saatnya ibu untuk berobat … ”
Digendongnya ibunya dari pembaringan,
sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang
saya jual… ”.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel
masih setia menunggu di depan rumahnya.
Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan
hati-hati dan berkata kepada supir taksi: ”
Antar kami kerumah sakit …”

Selasa, 17 April 2012

Nenek Genit

Nenek Genit
Seorang nenek genit masuk ke BI (Bank Indonesia) dgn sekoper uang.. Ia minta dipertemukan dgn Gubernur BI
Nenek : "Saya akan buka rekening, dgn simpanan jumlah yg sangat besar!"......
Staff BI ragu, tp akhirnya membawa si nenek ke ruangan Gubernur BI..GBI: "Brp banyak uang yg akan disimpan?"Sambil meletakkan koper uang di meja,Nenek: "Rp. 1 milyar!! Tunai !!"Penasaranlah Pak GBI,GBI: "Maaf, saya agak terkejut.. Dari mana ibu dapat uang tunai sebanyak ini?"Nenek: "Saya menang tebak-tebakan.."GBI: "Menebak macam apa, kok taruhannya besar sekali?"Nenek: "Mau contoh? Saya yakin telur burungmu bentuknya kotak!"GBI: "Apa?? Ini tebakan paling konyol yg pernah saya dengar.. Anda tak mungkin menang dgn tebakan seperti itu!"Nenek: "Anda Berani bertaruh?"GBI: "Siapa takut!! Saya bertaruh Rp. 50juta, krn saya tahu telur saya tdk kotak!"Nenek: "Ok, ini menyangkut uang gede.. Bisa saya ajak pengacara ke sini besok jam 10 pagi?"GBI: "Silahkan saja!"Malamnya GBI, ia berdiri telanjang di depan cermin dan memastikan telurnya tidak kotak.. Sampai akhirnya dia yakin telurnya benar-benar bulat, tidak kotak.. Maka ia yakin besok bakal menang dan mendapatkan Rp. 50juta..Tepat jam 10.00 pagi, nenek itu dtg dgn pengacara ternama dan terkenal.. Kemudian ia mengulang kesepakatan kemarin..Nenek: "Rp. 50juta untuk tebakan telur burungmu yg kotak?"Mengangguk setuju,GBI: "Okay!!"Nenek itu minta Gubernur buka celana spy semua bisa melihat bentuk telurnya.. Nenek meraih telur Gubernur dan merabanya...GBI: "Yah, tak apalah.. Uang Rp. 50juta tidak kecil.. Biar ibu yakin telur saya tdk kotak.."Pada detik yg sama saat nenek itu meraba telur Gubernur, pengacaranya terlihat lemas sambil membentur-benturkan kepalanya ke dinding..GBI: "Ada apa dengan pengacara itu?"Nenek ini menjawab kalem,Nenek: "Ndak apa2.. Saya cuma bertaruh dengannya Rp.250 juta, bahwa jam 10.00 pagi ini saya bisa memegang telur Gubernur BI..!!"